PERGESERAN BUDAYA - Sebuah Renungan

|
Oleh: I Gede Oka Subagja

Umar Kayam dalam Semangat Indonesia: Suatu perjalanan Budaya, mengisahkan hasil liputan dalam perjalanannya di pedalaman Kalimantan, anak-anak sudah menyambutnya dengan lagu “Sorak-Sorak Bergembira” dan tidak menyanyikan lagu-lagu suku Dayak. Didong dan seudati memainkan irama dangdut, wayang kulit yang sudah tidak memakai lampu blencong lagi namun digantikan oleh lampu plenthong dan hampir semua seni pertunjukan di Indonesia mengalami pergeseran dan yang lebih dalam lagi adalah pergeseran nilai. (Umar Kayam: Semangat Indonesia: Suatu perjalanan Budaya, PT Gramedia,1984)

Berbagai hal dalam kehidupan mempengaruhi terjadinya pergeseran budaya seperti antara lain; teknologi, ekonomi, politik, sosial kemasyarakatan dan pendidikan. Teknologi memiliki peran cukup penting dalam terjadinya pergeseran budaya pada seni pertunjukan.

Saya tampilkan cuplikan tulisan salah seorang yang menamakan dirinya Pande Baik yang tergabung dalam Bali Blogger Community.

Pergeseran budaya yang terjadi hingga hari ini, rupanya lebih banyak disebabkan makin majunya teknologi yang makin hari makin dekat dan nyata di depan mata. Saling mengucapkan syukur dan selamat saat hari raya maupun event tertentu, tak lagi disusahkan dengan corat-coret dan persiapan panjang, cukup dengan mengetik pesan singkat via ponsel, maka dalam waktu lima menitpun rasanya balasan sudah bisa diterima. Hanya saja ucapan ini begitu mudah pula dihapus dan dilupakan. Sedemikian lewat saja. Berkirim cerita dengan suratpun bisa digantikan panjang lebar dengan fitur email, yang bisa ditambahkan dengan gambar maupun suara sekalipun, gak perlu yang namanya kaset tape recorder yang diselipkan hanya untuk membekali isi surat demi sesuatu yang lebih surprise. Penyampaian berita pentingpun tak harus menunggu sehari dua lantaran kiriman Telegram tak jua muncul, tinggal luangkan waktu sejenak dengan harga maksimal 350 rupiah, kabar berita pentingpun bisa sampai ditujuan dengan selamat. Namun satu hal yang dapat dirasakan, kini tak ada lagi yang namanya rasa kehangatan ataupun perasaan menunggu-nunggu kiriman surat dari sang kekasih atau orang yang dicintai, karena dalam waktu sekian menitpun pasti akan ada jawabannya. Pergeseran akibat teknologipun sedikit demi sedikit mampu mengikis rasa kehangatan dan kekeluargaan yang ada dalam kekerabatan sekaligus pula mempermudah komunikasi tanpa jangka waktu yang lama.

(www.pandebaik.com/2008/02/08/pergeseran-budaya-akibat-teknologi/)

Kita tidak tahu apa yang dirasakan oleh Pande Baik, jengkel dengan hilangnya rasa kehangatan dan kekeluargaan atau senang dengan mudahnya dalam melakukan komunikasi. Pergeseran itu terjadi seperti air mengalir, perlahan tapi pasti. Arah pergeseranlah yang perlu kita arahkan, kemana seni pertunjukan Indonesia akan bermuara?

(*)

0 komentar:

Posting Komentar